Sabtu, 22 Agustus 2020

3 Macam Penuntut Ilmu

Imam Ghazali dalam Bidayatul Hidayah menyebutkan bahwa menuntut ilmu harus disertai niat yang benar. Jika niat dan maksud dalam menuntut ilmu un­tuk mendapat hidayah, maka bergembiralah. Sesungguhnya para malaikat membentangkan sayapnya untuk para penuntut ilmu, bahkan jutaan ikan di laut akan memintakan ampunan bagi orang yang berusaha mencari ilmu.

Akan tetapi seseorang menuntut ilmu guna bersaing, berbangga, mengalahkan teman sejawat, meraih simpati orang, dan mengharap dunia, maka sesungguhnya ia sedang berusaha membinasakan dirinya sendiri. Jika ia menuntut ilmu agama maka ia akan menghancurkan agamanya sendiri sebab menjual akhirat untuk dunia.

Berdasarkan keterangan tersebut, maka menurut Imam Ghazali terdapat tiga katagori penuntut Ilmu

dalam menuntut ilmu, manusia terbagi atas tiga jenis:

(1) Seseorang yang menuntut ilmu guna dijadikan bekal untuk akhirat dimana ia ha­nya ingin mengharap rida Allah dan kebaikan akhirat. Ini termasuk kelompok yang beruntung.

(2) Seseorang yang menuntut ilmu guna dimanfaatkan dalam kehidupan­nya di dunia sehingga ia bisa memperoleh kemuliaan, kedudukan, dan harta. Namun Ia tahu dan sadar bahwa keada­annya lemah dan niatnya hina. Orang ini termasuk ke dalam kelompok yang berisiko. Jika ajalnya tiba sebelum sempat bertobat, yang dikhawatirkan adalah peng­habisan yang buruk (su’ ul-khatimah) dan keadaannya menjadi berbahaya. Tapi jika ia sempat bertobat sebe­lum ajal tiba, lalu berilmu dan beramal serta menutupi kekurangan yang ada, maka ia termasuk orang yang beruntung pula. Sebab, orang yang bertobat dari dosa­nya seperti orang yang tak berdosa

(3) Seseorang yang terperdaya oleh setan. Ia pergunakan ilmunya sebagai sarana untuk memperbanyak harta, serta untuk berbang­ga dengan kedudukannya dan menyombongkan diri de­ngan besarnya jumlah pengikut. Ilmunya menjadi turn­puan untuk meraih sasaran duniawi. Bersamaan dengan itu, ia masih mengira bahwa dirinya mempunyai posisi khusus di sisi Allah karena ciri-ciri, pakaian, dan ke­pandaian berbicaranya yang seperti ulama, padahal ia begitu tamak kepada dunia lahir dan batin.

Orang dari kategori ketiga, termasuk golongan yang binasa dan tertipu. Ia tak bisa diharap­kan bertobat karena ia tetap beranggapan dirinya ter­masuk orang baik. Ia lalai dari firman Allah Swt. yang berbunyi, “Wahai orang-orang yang beriman. Mengapa ka­lian mengatakan apa-apa yang tak kalian lakukan?!” (Q.S. ash-Shaff: 2). Ia termasuk mereka yang disebutkan Rasul saw., “Ada yang paling aku khawatirkan dari kalian ke­timbang Dajjal.” Beliau kemudian ditanya, “Apa itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Ulama su’ (bu­ruk).”

Imam Ibnu Ruslan dalam matan Zubad:

وَكُلُّ مَنْ بِغَيْرِ عِلْمٍ يَعْمَلُ # أَعْمَالُهُ مَرْدُودَةٌ لَا تُقْبَلُ

“Setiap orang yang beramal tanpa disertai ilmu # maka amalnya ditolak alias tidak diterima.”

firman Allah Swt:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لا تَفْعَلُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?” (Q.S. As-Shaf: 2).



source https://al-jihad.net/3-macam-penuntut-ilmu/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar